Kategori
Uncategorized

Kiprah Indonesianis meneliti Indonesia

Robert Hefner, Patricia Henry, Greg FealyKiprah Indonesianis meneliti Indonesia – Pada umumnya membawa ketajaman melihat apa yang luput berasal dari pandangan orang Indonesia sebagai orang dalam, karya dan analisis Indonesianis kerap jadi rujukan, lebih-lebih di era Orde Baru ketika kebebasan dikekang, kata BANDAR TOGEL TERBAIK.

Buku-buku Herbert Feith dan Ben Anderson jadi ide bagi Achmad Munjid untuk mendalami pengetahuan politik di era kuliahnya. Di bidang antroplogi, dia membaca buku-buku Clifford Geertz.

“Di zaman Soeharto dulu, ilmuwan kita di dalam negeri tidak selalu mempunyai kemerdekaan untuk berkata secara jujur, secara blak-blakan. Tetap ada, cuma jumlahnya tidak benar-benar banyak.

“Nah ketika Orde Baru masih berkuasa memang membaca karya-karya Indonesianis itu jadi pelita tersendiri untuk melihat yang tidak boleh dicermati atau yang sulit dicermati ketika era Orde Baru,” kata dosen Fakultas Ilmu Budaya UGM, Achmad Munjid.

Merujuk pada istilah umum, Indonesianis adalah orang non-Indonesia yang mempunyai ketertarikan, mendedikasikan waktunya untuk meriset dan menulis di bermacam bidang mengenai Indonesia. Minat diwujudkan dalam tindakan maupun karya sebagai bagian berasal dari karier mereka.

Bagaimana kiprah mereka sesudah Orde Baru di bawah komando Presiden Suharto tumbang dan reformasi di Indonesia menggelinding selama lebih berasal dari dua dasawarsa dan perhatian global diarahkan ke negara-negara yang PAITO WARNA SGP?

Pada selagi yang sama, tambah banyak Indonesianis terkenal kini memasuki umur senja. Sebagian nama besar telah meninggal dunia. Ben Anderson dan Daniel Lev di antaranya. Anderson, ahli kajian Indonesia berasal dari Universitas Cornell, tutup umur di Malang pada th. 2015.

Tak ada information tentu berapa kuantitas Indonesianis. Kementerian Luar Negeri Indonesia belakangan menggagas acara tahunan Kongres Indonesianis Sedunia. Pada acara th. 2021, terdapat 250 peserta.

Dengan kombinasi bhs Indonesia dan Jawa “Silakan, monggo”, penerima panggilan telpon menyilakan saya mengawali wawancara.

Dia bukan penutur asli Bahasa Indonesia dan bukan pula penutur asli Bahasa Jawa halus. Keduanya dia pelajari lebih berasal dari 40 th. silam di pegunungan Tengger, Jawa Timur.

Tinggal di pedesaan, dia meneliti hubungan penduduk minoritas Hindu dan mayoritas Muslim untuk disertasi gelar master di Universitas Michigan, Amerika Serikat (AS).

Namanya tidak asing bagi Indonesia; Robert Hefner.

“Saya pada awal tidak sadar apa-apa sebagai orang Amerika yang awam berasal dari midwest, Negara Bagian Ohio. Tidak dulu jalan ke luar negeri pada tahun-tahun itu dan tidak sadar apa-apa mengenai Indonesia,” kenang Hefner disertai pula bersama tawa renyah ketika mengisahkan era kuliahnya.

Dalam mata kuliah peristiwa dan kebudayaan Asia Tenggara, terdapat topik negara Indonesia. Di situlah dia mengenal Indonesia untuk pertama kalinya.

“Dari selagi itu seolah-olah saya jatuh cinta. Seolah-olah saya menemukan sebuah negara yang serius menarik perhatian buat saya akibat berasal dari apa yang saya pelajari,” katanya.

Tinggalkan Balasan