Kategori
Uncategorized

Tidak Percaya Diri Di Karenakan Belum Menikah

Tidak Percaya Diri Di Karenakan Belum Menikah

Tidak Percaya Diri Di Karenakan Belum Menikah – Ayo jujur, sampai usia sekarang, sudah berapa puluh kali kamu ditodong pertanyaan ini? Apalagi, sebentar lagi momen lebaran.

Ada orang yang akan bodo amat dengan pertanyaan itu. Ada juga yang langsung memasukkan hal tersebut ke dalam hati. Sekali dua kali sih nggak apa-apa, tapi kalau terlalu sering, mental seseorang bisa jebol juga.

Pertanyaan itu kelihatannya simpel, tapi membuat kita bingung harus jawab apa. Seolah pertanyaan itu menjadi pembuktian bahwa kita masih belum mencapai titik kehidupan di level tertentu yang membuat kita berbeda dari orang lain. Seakan belum menikah adalah aib yang memalukan.

Padahal, bila ditelusuri lebih dalam, ada beragam alasan di balik kenapa seseorang belum menikah. Ada yang memang baru putus nggak jadi nikah, ada yang masih sibuk dengan mimpi-mimpinya, ada yang prioritasnya keluarga, masih belum stabil ekonomi Data Hongkong maupun mental, ada yang memang tidak percaya pernikahan, dan simpelnya, memang belum waktunya.

Namun, orang-orang tidak ada yang peduli dengan semua alasan itu. Hal yang mereka tahu adalah kita hanya perawan tua dan bujang lapuk.

Sebenarnya itu bukan perkara yang harus membuat kita malu atau sedih. Hanya saja, lingkungan dan desakan sosial kita memang toksik sedari dulu.

Kapan lulus? kapan kerja? kapan menikah? kapan punya anak? Kapan nambah anak lagi? Terus menerus pertanyaan-pertanyaan kepo itu akan selalu ada di setiap fase kehidupan kita dan nggak akan berhenti.

Tidak Percaya Diri Di Karenakan Belum Menikah

Tidak Percaya Diri Di Karenakan Belum Menikah

Kalau terus menerus mendengar penilaian orang ya capai juga. Kita seakan dipaksa untuk masuk ke dalam lingkaran setan yang bikin kita banyak pikiran.

Overthinking itu kemudian membimbing kita pada kegalauan, bete, insecure sehingga pada akhirnya kita menarik kesimpulan sendiri bahwa dengan menikah semua kegalauan ini beres.

Padahal, tidak ada jaminan bahwa dengan menikah semua masalah kita akan beres. Tidak ada jaminan bahwa kita akan bahagia setelah menikah. Karena harus kamu tahu, bahwa menikah bukanlah kisah happy ending dari cerita putri serial Disney.

Pernikahan adalah sebuah perjalanan panjang, di mana kita akan ditemani oleh pasangan kita yang berasal dari latar belakang dan kepribadian berbeda. Hal tersebut butuh kematangan berpikir, fisik, mental, usia, dan kesamaan visi misi dalam mengarunginya.

Menikahlah memang karena kamu sudah selesai dengan segala pergulatan batin kamu. Menikahlah karena kamu sudah selesai dengan diri kamu. Menikahlah karena kamu sudah siap berbagi suka dan duka dengan pasangan kamu nanti.

Jadi, untuk saat ini selagi belum ada jodohnya, selagi belum ada kesiapan, atau keinginan, mari kita fokus untuk terus memperbaiki Data Sdy diri kita. Berusaha menerima bahwa sendiri atau tidak saya akan tetap bahagia. Jangan gantungkan kebahagiaanmu pada pasanganmu kelak atau pada penilaian orang, karena yang bertanggung jawab atas kebahagiaan kita adalah diri kita sendiri.

Hidup terlalu singkat kalau hanya kita isi dengan kegalauan tak berujung. Nikmati masa-masa ini, kejar mimpi-mimpimu, dan yuk fokus perbaiki diri. Fokus menjadi pribadi terbaik, pribadi yang bahagia dan yang membahagiakan sesama.

Kategori
Uncategorized

Dewasa Itu Membosankan

Dewasa Itu Membosankan

Dewasa Itu Membosankan – Mungkin banyak orang yang bisa beropini tentang apa yang sudah dijalani di masa dewasanya. Mungkin banyak juga orang yang bisa mengeluh banyak sehabis bergelut dengan kedewasaannya. Mungkin juga banyak yang bisa berkomentar sinis serta minta dikembalikan dalam pengandaian kepada masa kecil. Walau waktu dan umur bukanlah mainan, tapi harapan-harapan konyol itu masih saja ada.

Begitu kata mereka dengan seyakin-yakinnya. Ya, benar sih nggak perlu mikirin cinta-cintaan, kewajiban pekerjaan, semakin bertambahnya usia yang sejalan dengan bertambahnya beban hidup, tanggapan orang lain, dan apa pun itu.

Begitu katanya. Di manapun itu mereka bilang begitu. Mereka yang bilang begitu rata-rata sudah menuju dewasa atau bahkan sudah dewasa. Apa mereka tak tahu ya jika masa kanak-kanak itu beda dengan masa dewasa? Dengan bercermin juga apa mereka belum tahu? Perubahan fisik dan kewajiban juga sudah lekat, lo.

Ya, saat masa kanak-kanak memang kita hanya bisa menerima Data HK dan mendapat hanya soal hak, hak dan hak. Namun,Dewasa Itu Membosankan di masa dewasa ini kita harus bertemu tema yang baru yang bernama kewajiban, perjuangan, dan memberi.

Orang tua kita pun bisa memberikan yang terbaik karena belajar, berjuang, dan memenuhi kewajibannya. Anggap saja tongkat estafet kepada generasi yang berikutnya. Ya, anggap saja begitu. Semua adil kok, jadi tiap-tiap orang mengalami dua fase. Tak kurang dan tak lebih.

Dewasa Itu Membosankan

Lalu, apa yang membuat orang-orang sangat membenci kedewasaan? Apa karena sudah bertemu titik jenuh? Apakah karena seorang yang menyerah? Apakah karena pelampiasan lelah saja? Atau karena kaget yang sementara dari masa transisimu? Entahlah.

Satu hal yang sudah pasti ialah bahwa peran manusia berbeda setiap waktunya. Semua juga berganti dan terganti pada akhirnya. Anak-anak itu adalah generasi yang wajar, tapi kekanak-kanakan itu mungkin yang tak wajar. Siapa yang tak benci dengan kekanak-kanakan? Setiap orang suka anak-anak, tapi benci dengan kekanak-kanakan.

Setiap orang suka dan gemas dengan anak kecil yang manja, tapi benci dengan orang dewasa yang ingin dimanja melulu. Setiap anak kecil juga terlihat wajar jika meminta dan meminta, tapi tidak dengan orang dewasa. Setiap anak kecil memang hanya bisa bermain sambil bermimpi tanpa beban, tapi saat dewasa, semua harus dihentikan.

Jangan merasa bermasalah melulu. Ini wajar karena tak cuma dirimu saja yang bermasalah. Jangan merasa berat melulu karena semua yang dijalani pasti ringan menuju besar. Jangan manja melulu karena saat dewasa adalah waktunya Data Sdy menunjukkan untuk mandiri. Jangan mengeluh melulu, cukup dan sudah diam. Mengeluh hanya saat masa kecil saja.

Mungkin kita yang masih kekanak-kanakan. Jika ada masalah lebih memilih mengadu, menghindar, dan pulang ke rumah bersembunyi. Jika ada yang sulit, hanya ingin orang lain menyelesaikannya dan protes supaya dibuat mudah melulu. Jika mendapatkan sesuatu yang tak diinginkan malah merengek dan mencerca nasib atau takdir layaknya anak kecil yang tak mendapat hadiah terbaik.

Dewasa Itu Membosankan

Padahal dewasa itu adalah mencari hikmah, pelajaran, dan diri yang lebih stabil serta mengerti situasi. Mengendalikan diri dan terampil dalam menghadapi hal terburuk pun dengan versi terbaik adalah menyelesaikan sesuatu dengan gaya. Bukankah itu keren? Bukankah gaya seseorang dalam menyelesaikan, menghadapi, dan bertarung dengan hidup itu adalah yang terbaik? Jangan terlalu lama dalam masa peralihan. Transisi itu harus menyesuaikan dengan sekitar dan waktu.

Masih mau jadi anak kecil lagi? Yakin tak malu? Kalau menjadi anak kecil melulu, apa bisa kamu menggapai mimpi yang sedang dimimpikan? Atau hanya mimpi dan tidur membawa khayal lagi? Kalau menjadi anak kecil melulu, apa yang bisa kamu tunjukkan kepada orang-orang tersayang yang ingin dibanggakan? Selamanya menjadi anak kecil bukankah malah merepotkannya?

Mungkin beberapa orang hanya membayangkan kesenangan dan kebahagiaan pada saat Ia sedang terpuruk. Jadi, khayalan dan angan-angan itu cuma fatamorgana saja.

Ayolah, dewasa itu menyenangkan. Terlihat ataupun terasa menyenangkan maupun menyedihkan itu tergantung pada situasimu saat ini. Apakah iya ketika kecil tak pernah merasa sedih? Apakah iya selama menjadi dewasa tak ada kesenangan dan kebahagiaan sedikitpun? Semuanya stabil kok.